Di tengah derasnya arus informasi media sosial, sebuah unggahan mencuat dan langsung menyebar bagai api.
Narasi tersebut mengklaim bahwa seorang jurnalis dari media internasional, CNN, mendapat hadiah mobil mewah supercar langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
Klaim fantastis ini disajikan dalam bentuk tangkapan layar yang mencatut header media berita lokal terkemuka, Bangka Pos, menciptakan ilusi kredibilitas yang kuat.
Kabar ini sontak menjadi perbincangan hangat, memicu spekulasi dan perdebatan di kalangan warganet.
Namun, di era digital ini, kebenaran seringkali membutuhkan waktu untuk mengejar kebohongan.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, klaim jurnalis CNN mendapat hadiah supercar dari Presiden Prabowo dipastikan adalah hoaks.
Berita yang beredar luas ini merupakan hasil manipulasi dan penyuntingan dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
\Ironisnya, alih-alih memberitakan hadiah mewah, unggahan palsu ini justru mencoreng nama baik media dan memanfaatkan reputasi seorang jurnalis untuk menyebarkan narasi bohong.
Membongkar Fakta: Manipulasi di Balik Layar
Tim pemeriksa fakta segera bekerja, dan kebenaran pun terungkap.
Dilansir dari Tempo.co, media berita Bangka Pos secara tegas menyatakan tidak pernah menerbitkan artikel yang mengklaim jurnalis Diana Valencia Gunawan mendapat hadiah supercar dari Presiden.
Tangkapan layar yang beredar adalah produk rekayasa digital yang memanfaatkan kepercayaan publik terhadap media berita resmi.
Konten asli yang dimanipulasi berasal dari unggahan media sosial Facebook milik Bangka Pos pada 29 September 2025.
Judul asli yang jauh dari kesan hadiah mewah justru berbunyi: “Sosok Diana Valencia Gunawan, Jurnalis CNN yang Kartu Persnya Dicabut Istana Kepresidenan”.
Fakta ini menunjukkan adanya upaya sengaja untuk membelokkan isu sensitif tentang kebebasan pers menjadi sensasi murahan yang berkaitan dengan kekayaan dan hadiah.
Kisah Asli: Pencabutan Kartu Pers dan Pertanyaan Kritis
Lantas, apa kisah nyata di balik nama jurnalis Diana Valencia Gunawan yang dicatut?
Konten asli Bangka Pos sesungguhnya memuat informasi penting mengenai pencabutan kartu pers Istana yang bersangkutan oleh Biro Pers Sekretariat Istana Presiden.
Kejadian ini mencuat setelah Diana melontarkan pertanyaan yang sensitif dan krusial kepada Presiden Prabowo Subianto.
Pertanyaan yang dilontarkan Diana terkait dengan maraknya kasus keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Isu keracunan yang melibatkan program unggulan pemerintah tentu menjadi topik yang membutuhkan akuntabilitas publik.
Tindakan Diana melontarkan pertanyaan kritis ini adalah esensi dari jurnalisme, yakni fungsi kontrol sosial.
Namun, alih-alih direspons dengan transparansi, kisahnya justru dimanipulasi dan ditutupi oleh narasi hoaks yang berfokus pada hadiah dan supercar.
Pesan Kemanusiaan: Pentingnya Verifikasi dan Integritas
Kisah hoaks supercar ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang betapa rapuhnya kebenaran di tengah lautan informasi digital.
Manipulasi foto dan narasi dapat dengan mudah membelokkan isu yang seharusnya mendapat perhatian serius—seperti kebebasan pers dan transparansi program pemerintah—menjadi gosip belaka.
Sikap kritis jurnalis seperti Diana Valencia Gunawan, meskipun berujung pada pencabutan kartu pers, adalah cerminan dari keberanian untuk menyuarakan pertanyaan publik.
Kejadian ini harusnya memicu diskusi tentang integritas pers, bukan tentang supercar fiktif.
Oleh karena itu, bagi setiap pengguna media sosial, memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya adalah tanggung jawab moral yang tak terhindarkan, demi menjaga ekosistem informasi yang sehat dan humanis.
Statement:
Pernyataan resmi yang dikutip dari Tempo.co
“Bangka Pos tidak pernah menerbitkan artikel bahwa jurnalis CNN Diana Valencia Gunawan mendapat hadiah supercar dari Presiden. Tangkapan layar yang beredar tersebut adalah hasil editing pihak yang tidak bertanggung jawab.”