Kawasan kuliner District Blok M di Jakarta Selatan, yang sempat ramai kembali sejak akhir 2024, kini sepi setelah banyak gerai kuliner di sana serempak mengumumkan pamit dari lokasi tersebut.
Meskipun sempat ramai dengan spekulasi bahwa penutupan ini terkait dengan gelombang demonstrasi, alasan utamanya adalah kenaikan harga sewa kios yang dinilai tidak wajar.
Soal Kenaikan Harga Sewa
Perwakilan dari salah satu gerai, ICE WS, menjelaskan bahwa kenaikan harga sewa yang terjadi pada Agustus lalu membuat para pedagang sepakat untuk pindah.
Kenaikan harga ini bervariasi, dari Rp7 juta per bulan hingga Rp25 juta per dua bulan, yang kabarnya ditentukan berdasarkan ukuran kios dan tingkat popularitas makanan yang dijual.
Menukil DetikFood, salah satu pelopor yang ikut undur diri adalah Nasi Matah, yang mengumumkan kepindahannya melalui media sosial.
Pendirinya, Atika Mellonius, mengungkapkan kekecewaannya atas harga sewa yang melambung tinggi, terutama mengingat kondisi kios yang sering kebanjiran dan berbau sampah.
Keputusan ini memicu kekecewaan netizen yang menyayangkan penutupan gerai-gerai tersebut, apalagi mengingat usia beberapa gerai yang belum genap setahun.
Banyak warganet yang menganggap kenaikan harga sewa ini menghambat kemajuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Statement:
Perwakilan ICE WS
“Kita [gerai kuliner di District Blok M] tutup karena kenaikan harga sewa. Pas kenaikan sewa di bulan Agustus, kita sepakat untuk pindah dari sini.”
Unggahan sosmed Atika Mellonius, pendiri Nasi Matah
“Rp15 juta per bulan untuk kios yang kalau hujan kebanjiran dan bau sampah kayaknya enggak wajar.”
“Semua tenant di sini [District Blok M] angkat kaki karena harga yang tidak wajar.”