Di balik setiap huruf yang kita baca dan setiap kalimat yang kita tulis, terdapat potensi besar untuk membuka pikiran dan menyentuh hati.
Oleh: Teguh Priyambodo (ex-Journo)
Setiap tanggal 8 September, kita merayakan Hari Literasi Sedunia. Ini bukan sekadar peringatan untuk kemampuan membaca dan menulis, melainkan sebuah pengingat bahwa literasi adalah fondasi dari kemajuan, pemahaman, dan empati.
Di balik setiap huruf yang kita baca dan setiap kalimat yang kita tulis, terdapat potensi besar untuk membuka pikiran dan menyentuh hati. Literasi adalah cahaya yang menerangi jalan menuju masa depan yang lebih baik.
Literasi bukan hanya tentang mengenal abjad. Lebih dari itu, literasi adalah kemampuan untuk memahami dunia di sekitar kita.
Ia adalah kunci untuk mengakses pengetahuan, berpartisipasi aktif dalam masyarakat, dan menyuarakan pendapat.
Seseorang yang literat mampu membaca petunjuk di jalan, memahami kontrak kerja, hingga menganalisis informasi untuk mengambil keputusan yang bijak.
Singkatnya, literasi memberi kita kekuatan untuk mengendalikan hidup kita sendiri.
Literasi dan Koneksi Manusia
Di era digital ini, literasi semakin penting. Informasi mengalir deras dari berbagai arah, dan kemampuan untuk memilah fakta dari fiksi adalah keterampilan vital.
Literasi digital, misalnya, memungkinkan kita untuk berinteraksi secara aman dan bermakna di dunia maya. Ia membantu kita membangun jembatan, bukan tembok, di tengah lautan data yang tak berujung.
Lebih dari sekadar keterampilan, literasi adalah jembatan menuju empati.
Melalui buku, kita bisa “hidup” di zaman dan tempat yang berbeda, merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan memahami perspektif yang tidak pernah kita bayangkan.
Saat kita membaca kisah tentang perjuangan, kita belajar tentang ketangguhan. Saat kita membaca puisi, kita terhubung dengan keindahan emosi manusia.
Literasi membuka jendela bagi kita untuk melihat dan merasakan kemanusiaan di setiap sudut dunia.
Tantangan dan Harapan di Indonesia
Di Indonesia, perjuangan untuk meningkatkan literasi masih terus berlangsung. Meskipun angka melek huruf sudah tinggi, tantangannya bergeser ke literasi fungsional—kemampuan untuk menerapkan keterampilan membaca dan menulis dalam kehidupan sehari-hari.
Masih banyak saudara kita yang kesulitan memahami formulir sederhana atau menemukan informasi yang relevan untuk pekerjaan mereka. Ini adalah pekerjaan rumah kita bersama.
Pemerintah dan berbagai komunitas telah berupaya keras. Gerakan-gerakan literasi di pedesaan, taman bacaan masyarakat, dan kampanye gemar membaca adalah beberapa contoh nyata dari dedikasi ini.
Namun, perubahan sejati dimulai dari setiap individu. Mari kita dorong anak-anak di sekitar kita untuk mencintai buku, dan mari kita sendiri menjadi teladan dengan terus belajar dan membaca.
Literasi: Warisan untuk Generasi Mendatang
Pada Hari Literasi Sedunia ini, mari kita luangkan waktu untuk merenung.
Sudahkah kita menggunakan literasi sebagai alat untuk kebaikan?
Sudahkah kita berbagi cahaya pengetahuan dengan mereka yang masih berada dalam kegelapan?
Literasi adalah warisan terindah yang bisa kita berikan kepada generasi mendatang. Ini bukan hanya tentang memberi mereka buku, tetapi juga menanamkan cinta untuk membaca.
Sebagai penutup, mari kita ingat bahwa setiap huruf adalah harapan, setiap kata adalah kekuatan, dan setiap kalimat adalah jembatan menuju pemahaman.
Literasi bukan hanya mengubah individu, tetapi juga mengubah masyarakat menjadi tempat yang lebih bijaksana, toleran, dan manusiawi. Selamat Hari Literasi Sedunia.