Perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus identik dengan berbagai lomba meriah seperti makan kerupuk, balap karung, hingga panjat pinang. Namun, di balik euforia itu tersimpan nilai kearifan ekologis.
Sejak lama, permainan tradisional Indonesia banyak menggunakan bahan alami yang ramah lingkungan, jauh sebelum istilah green lifestyle populer.
Manfaatkan Kearifan Alam
Salah satunya adalah permainan egrang yang terbuat dari bambu. Selain ramah lingkungan karena mudah tumbuh dan dapat terurai, egrang juga mengajarkan keseimbangan, ketekunan, serta kebersamaan.
Demikian pula dengan balap karung, yang dahulu memakai karung goni dari serat alami. Karung ini lebih ramah lingkungan dibandingkan plastik karena bisa digunakan kembali dan mudah terurai.
Permainan bakiak kayu atau terompah panjang juga mencerminkan pemanfaatan bahan lokal secara cerdas. Dibuat dari papan kayu dan tali sederhana, bakiak awet digunakan bertahun-tahun tanpa menghasilkan limbah.
Sementara itu, panjat pinang dulunya menggunakan batang pinang asli dengan pelumas alami seperti tanah liat atau lumpur, sehingga tetap selaras dengan alam.
Selain itu, lomba makan kerupuk dan berbagai permainan tradisional lain seperti gobak sodor, petak umpet, maupun estafet air dengan bambu menunjukkan kesederhanaan sekaligus minim sampah.
Kerupuk mudah terurai, tali bisa diganti bahan daur ulang, dan beberapa permainan bahkan tidak membutuhkan alat sama sekali.
Jauh dari Sampah Plastik
Di tengah maraknya lomba modern yang sering menimbulkan sampah plastik, permainan tradisional 17-an patut dihidupkan kembali.
Dengan begitu, perayaan kemerdekaan tak hanya penuh keceriaan, tetapi juga menjadi bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Warisan ini membuktikan bahwa sejak lama leluhur Indonesia sudah memiliki cara merayakan dengan bijak terhadap alam.
