Misteri Garis Wallace: Peneliti Ungkap Faktor Lempeng Tektonik dan Iklim Terhadap Satwa di Indonesia

Rabu, 10 September 2025

Keunikan keanekaragaman hayati Indonesia yang memisahkan fauna Asia dan Australia telah lama menjadi misteri, yang dikenal sebagai Garis Wallace.

Garis khayal ini memisahkan spesies seperti harimau dan gajah di sisi barat (Sumatra, Jawa, Bali) dengan kakaktua dan kanguru di sisi timur (Lombok, Papua, Nusa Tenggara Timur).

Perbedaan mencolok ini telah diamati oleh naturalis Inggris Alfred Russell Wallace sejak abad ke-19.

Wallace menggambarkan garis biogeografis yang membentang antara Bali-Lombok dan Sulawesi-Kalimantan.

Namun, seiring berjalannya waktu, naturalis lain seperti Max C.W. Weber memiliki pandangan yang sedikit berbeda, menggeser batas tersebut.

Lempeng Tektonik dan Iklim Sebagai Penyebab Utama

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science pada Juli 2023 akhirnya mengungkap faktor-faktor utama di balik fenomena ini.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pergerakan lempeng tektonik memegang peranan kunci. Sekitar 45 juta tahun yang lalu, Lempeng Australia mulai bergeser ke utara dan mendekati Lempeng Eurasia.

Pergerakan lempeng ini menciptakan ribuan pulau vulkanik yang menjadi jembatan bagi flora dan fauna dari dua benua untuk bermigrasi.

Namun, para peneliti menemukan bahwa iklim daerah asal menjadi faktor dominan yang menentukan keberhasilan migrasi spesies.

Perbedaan Adaptasi Iklim Fauna

Fauna dari Asia, yang berevolusi di iklim tropis, memiliki kemampuan yang lebih baik untuk “melompat” melintasi kepulauan dan beradaptasi di habitat baru yang serupa.

Sebaliknya, fauna dari Australia berevolusi di iklim yang lebih dingin dan kering, sehingga mereka kurang berhasil berpindah ke kepulauan tropis di Indonesia.

Faktor ini juga memicu persaingan ketat di alam liar. Spesies tropis yang berevolusi untuk hidup berdampingan dengan spesies lain memiliki keunggulan kompetitif.

Sementara itu, spesies Australia yang beradaptasi dengan iklim keras dan kering menghadapi tantangan yang lebih besar dalam berkompetisi.

Para peneliti juga menemukan bahwa memahami pola pertukaran spesies ini sangat penting dalam menghadapi krisis keanekaragaman hayati modern.

Mereka menekankan bahwa tindakan manusia yang memindahkan hewan dan tumbuhan dapat memicu invasi spesies yang membahayakan flora dan fauna lokal.

Statement:

Alexander Skeels, penulis utama studi dari ETH Zurich

“Konteks historis sangat penting untuk memahami pola distribusi keanekaragaman hayati yang diamati saat ini dan merupakan bagian teka-teki yang hilang dalam menjelaskan teka-teki Garis Wallace.”

“Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pertukaran dalam waktu yang lama penting untuk memahami mengapa spesies dapat menjadi invasif dalam skala waktu yang lebih baru.”

“Dalam krisis keanekaragaman hayati saat ini, ini dapat membantu kita menilai dengan lebih baik konsekuensi dari invasi yang disebabkan oleh manusia.”

Bagikan :

ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL POPULER

KONTAK KAMI

email: redaksi@genlink.co.id

phone: +62 812-345-6789

ALAMAT

Jl. Daan Mogot 2 No.100MN, Duri Kepa

Kebon Jeruk, Jakarta Barat, 11510